Kisah Nabi Musa Tidak Lulus Ujian Nabi Khidir, Terbukti Ini Penyebabnya

Dalam berjenis-jenis riwayat, Nabi Musa AS dibuktikan sebagai sosok rasul yang trampil, cerdas, pemberani dan tegas. Bermacam kisah Nabi Musa demikian itu heroik.

Contohnya, kisah Nabi Musa dihanyutkan sewaktu masih jabang bayi merah. Kemudian, ada riwayat spektakuler membelah laut merah dengan tongkat Nabi Musa AS.

Musa AS juga seorang nabi istimewa berjulukan Kalimullah. Allah SWT berdiskusi lantas terhadap Nabi Musa AS.

Mengutip tafsiralquran.id, Imam al-Qurthubi mengutip riwayat dari Wahb bin Munabbih yang mengisahkan permulaan mula Allah memberi gelar kalima(n) terhadap Nabi Musa as atau lebih sering kali kita ucap dengan kalimullah, yang berkalam atau berdiskusi dengan Allah.

Tetapi, rupanya Nabi Musa juga mempunyai kisah yang unik. Nabi spaceman Musa tidak lolos ujian untuk mendampingi dan belajar lebih lama terhadap Nabi Khidir AS.

Ustadz Tatam Wijaya mengisahkan dengan apik riwayat Nabi Musa dengan Nabi Khidir. Artikelnya dimuat di situs NU Online, dicuplik dari situs NU Jabar. Berikut kisahnya.

Kisah ini berawal dikala Nabi Musa AS ditanya oleh kaum Bani Israil perihal manusia yang paling alim di muka bumi. Dijawab oleh Nabi Musa, “Tak ada lagi yang paling alim di muka bumi kecuali saya.” Imbas jawaban itu, Nabi Musa ditegur Allah.

Tidak cuma itu, Allah juga menurunkan wahyu kepadanya, “Sebenarnya, saya mempunyai seorang hamba di pertemuan dua samudera yang lebih alim darimu.”

Nabi Musa menjadi penasaran, “Aduhai Tuhanku, bagaimana saya dapat berjumpa dengannya?”

Nabi Musa Dinasihati Ikan Bersua Nabi Khidir

Allah membeberkan, “Bawalah olehmu seekor ikan. Lalu simpan dalam keranjang. Di mana ikan itu menghilang, di sanalah hamba itu berada.”

Hamba dimaksud tidak lain merupakan Nabi Khidir alaihis salam.

Sederhananya kisah, Nabi Musa mengambil seekor ikan lalu memasukkannya ke dalam keranjang. Sesudah itu, dirinya berangkat dipandu seorang pemuda muridnya yang bernama Yusya‘ ibn Nun.
Tibalah keduanya di sebuah batu besar. Namun bermaksud untuk merebahkan kepala sebentar, keduanya justru tertidur. Sementara ikan yang ada dalam keranjang mulai meronta, sampai akibatnya keluar dan terjatuh ke lautan.

Kejadian ini malah diabadikan dalam Al-Quran dalam Surat Al-Kahfi, “Lalu ikan itu melompat dan mengambil jalannya ke laut.”

Saat Nabi Musa terbangun, kawannya lupa memberitakan kepadanya perihal eksistensi ikan. Keduanya justru melanjutkan perjalanannya selama sehari semalam. Keesokan harinya, Musa baru berkata terhadap muridnya, “Bawalah kemari makanan kita; hakekatnya kita sudah merasa letih sebab perjalanan kita ini.”

Semula memang Nabi Musa seperti yang tak mendapati rasa letih, sampai tibalah di daerah yang diperintahkan Allah dan bertanya demikian. Muridnya langsung menjawab, “Tahukah engkau tatkala kita mencari daerah berlindung di batu tadi, hakekatnya saya lupa (bercerita perihal) ikan itu dan tak ada yang melupakanku selain setan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan sistem yang amat aneh.”

Benar sekali, ikan itu mengambil jalannya di laut, sehingga Musa dan muridnya malah terheran-heran. Musa kembali berkata, “Itulah (daerah) yang kita cari.” Alhasil, keduanya malah kembali. Mencontoh jejak mereka semula.

Keduanya menelusuri jejak mereka semula, sampai hingga lagi di baru besar. Tiba-tiba ada seorang pria yang berselimutkan sebuah kain. Musa malah mengucap salam dan dijawab oleh pria berselimut yang baru-baru ini dikenali sebagai Khidir itu, “Bagaimana salam di tempatmu?”

Ujian dari Nabi Khidir

Musa lalu menyajikan diri, “Saya merupakan Musa.” Ditanya oleh Khidir, “Apakah Musa kaum Bani Israil?” Musa menjawab, “Benar. Saya menemuimu supaya engkau mengajariku sebuah ilmu.”

Kemudian, Musa minta izin untuk memandu dan mencontoh Khidir. Tetapi, keinginannnya itu diragukan oleh hamba saleh itu, “Sebenarnya kau sekali-kali tak akan cakap tabah bersamaku, duhai Musa, karena saya mempunyai sebuah ilmu Allah yang sudah dididik kepadaku, tapi tak engkau kenal. Itu juga engkau mempunyai ilmu Allah yang sudah dididik-Nya kepadamu, namun tak saya kenal.”

Musa malah berupaya meyakinkan Khidir, “Insya Allah engkau akan mendapati saya sebagai orang yang tabah, dan saya tak akan menentangmu dalam sesuatu urusan malah.”

Secara tak lantas, Khidir menjanjikan terhadap Musa bahwa kecakapannya untuk bersabar diatur oleh perkenan dan kehendak Allah. Tidak lupa, sang hamba memberi syarat terhadap Musa supaya tak bertanya apa-apa kepadanya hingga dirinya membeberkan seluruh alasan di balik apa yang dijalankannya.

“Jikalau engkau mengikutiku, janganlah engkau menanyakan kepadaku perihal sesuatu apa malah, hingga saya sendiri menerangkannya kepadamu.”

Berjalanlah Nabi Musa dan Nabi Khidir menelusuri pinggiran pantai. Dikala berkeinginan menyeberangi pantai yang lain, keduanya mendapati kapal kecil yang tengah mengangkut para penumpang. Untungnya, para awak kapal sudah mengenali Khidir. Sederhananya, mereka malah membawa Khidir dan Musa menuju pantai yang dituju tanpa dipinta imbalan apa malah.

Di dikala demikian, keduanya memandang seekor burung yang hinggap di pinggir kapal. Lalu sang burung meminum sedikit air laut dengan paruhnya. Khidir berbisik terhadap Musa, “Demi Allah, tidaklah ilmuku dan ilmumu di sisi Allah selain seperti air laut yang diambil burung itu dengan paruhnya.”

Dikala keduanya berada di dalam kapal, Nabi Musa merasa heran luar lazim sebab memandang Khidir melubangi kapal hal yang demikian dengan melepas salah satu papannya. Musa malah lupa dan ingkar akan komitmennya. Dalam pikirnya, tiap kerusakan di muka bumi merupakan kezaliman. Dan kezaliman lebih berat lagi sebab dilaksanakan terhadap orang-orang yang sudah berperilaku bagus terhadap dirinya.

Nabi Musa langsung menanyakannya, “Kenapa engkau melubangi perahu itu yang alhasil akan menenggelamkan penumpangnya? Sebenarnya engkau sudah berperilaku satu kekeliruan besar.”

Di sana Khidir mengingatkan Nabi Musa akan komitmennya, “Bukankah saya sudah berkata, ‘Sebenarnya engkau sekali-kali tak akan tabah bersama dengan saya.’\\\”

Pertanyaan Nabi Musa yang pertama dijalankannya sebab lupa, sebagaimana yang dikenalkan dalam Rasulullah saw.

Keduanya malah melanjutkan perjalanan. Tetapi, Nabi Musa kembali memandang keanehan yang dilaksanakan Khidir dikala mengambil seorang si kecil kecil yang sedang lucu-lucunya dan aktif bermain, kemudian menidurkannya. Hati itu lalu disembelih dan kepalanya dipisahkan dari tubuhnya.

Memperhatikan hal itu, lagi-lagi Musa tidak cakap bersabar. Dia kembali mengingkari komitmennya. Walaupun, dirinya tahu akan komitmen yang sudah disampaikannya, “Kenapa engkau membunuh jiwa yang bersih, bukan sebab ia membunuh orang lain? Sebenarnya engkau sudah melaksanakan suatu yang mungkar.”

Khidir malah melontarkan teguran yang sama terhadap Musa, “Bukankah saya sudah berkata, “Sebenarnya engkau sekali-kali tak akan cakap tabah bersamaku.\\\”

دیدگاهتان را بنویسید

نشانی ایمیل شما منتشر نخواهد شد. بخش‌های موردنیاز علامت‌گذاری شده‌اند *

سبد خرید

خروج
کاربر گرامی جهت مشاوره و خرید تلفنی با شماره : 36617522-021 تماس بگیرید
+

ورود

خروج

ستون کناری